Minggu, 14 Agustus 2011

KEMENTRIAN KOMINFO MENCANANGKAN MASYARAKAT INFORMASI INDONESIA 2015

Saat ini perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) sudah demikian pesat, sehingga di negara maju, mayoritas warga dalam kegiatan telah memanfaatkan TIK. Sementara di negara berkembang, hal itu baru muncul di wilayah – wilayah perkotaan dan kawasan industri.

Dari indikator makro perkembangan TIK Indonesia menunjukkan bahwa pelanggan seluler pada tahun 2009 mencapai 96,41 juta atau naik 51% dibanding 2008 sejumlah 63,8 juta. Peningkatan pelanggan tetap nirkabel (FWA) sebesar 11 juta nomor. Sementara telepon kabel 8,7 juta nomor. Sedangkan angka kepemilikan laptop meningkat 1,8 juta menjadi 2,5 juta. Jumlah pengguna layanan internet dari 20 juta menjadi 33 juta orang. Berdasarkan hasil survei statistik internet dunia yang dilakukan oleh Miniwatts Marketing Group pada akhir Desember 2009 menyatakan bahwa pengguna internet terbanyak sepanjang tahun 2009 berada di benua Asia dengan jumlah users sebanyak lebih dari 765 juta pengguna, disusul peringkat kedua eropa sebanyak 426 juta pengguna, berada pada urutan ketiga North America 159 juta pengguna, Amerika Latin 186 juta pengguna disusul dari Afrika dan Australia. Sejak tahun 1998 hingga 2009 ini peningkatan pengguna internet mengalami peningkatan yang cukup tinggi yaitu dari 500.000 pengguna telah mencapai 33 juta pengguna.

Negara pengguna facebook terbanyak dunia

NO PENGGUNA NEGARA

1 111212840 United States (US)
2 23449100 United Kingdom (GB)
3 19528560 Indonesia (ID)
4 18679450 Turkey (TR)

Tidak dapat dipungkiri, TIK di era globalisasi memegang peran penting. Sebagai salah satu pilar pembangunan, TIK berperan sebagai katalisator atau pemungkin. Kedepan, TIK diharapkan menjadi solusi sistemik atas problem pembangunan seperti antara lain : pengangguran, kemiskinan, inefisiensi pelayanan publik, korupsi, kesehatan, kerusakan lingkungan. Mewujudkan pemanfaatan TIK secara merata di masyarakat sebagai manifestasi dari prakarsa dan kontribusi berbagai pihak untuk mengatasi masalah bangsa indonesi. Pemanfaatan TIK akan membawa perubahan cara pembelajaran bagi warga dan pada akhirnya berguna bagi peningkatan pendapatan keluarga.

“Sejalan dengan sasaran RPJM 2004 – 2009, Departemen Komunikasi dan Informasi menetapkan kebijakan guna meningkatkan pemerataan akses telekomunikasi dan menargetkan agar 2010 terdapat minimal 43.000 desa telah terkoneksi dengan akses telekomunikasi internet” ujar Bambang Soeprijanto, SH, Msc selaku Direktur Pemberdayaan Telematika Direktorat Jenderal Aplikasi Telematika Kementrian Komunikasi dan Informatika pada sela – sela pembukaan Forum Komunikasi Komunitas Relawan Telematika yang di selenggarakan pada tanggal 30 Mei 2010 di Pangkal Pinang, Bangka Belitung.

Langkah tersebut diatas masuk ke dalam salah satu kebijakan dan program kerja Kementrian Komunikasi dan Informasi yang menyatakan perwujudan Masyarakat Informasi Indonesia 2015. Melalui kebijakan tersebut diharapkan setelah tahun 2015 Indonesia telah memiliki 50% daerah yang telah terhubung dengan internet dan Teknologi Informasi Komunikasi (ICT) melalui pemberian infrastruktur jaringan internet di pedesaan atau sering disebut dengan “Desa Informasi” dimana diharapkan terdapat koneksi telekomunikasi di setiap desa, pada program ini di setiap desa akan mendapatkan layanan 10 titik (komputer/hotspot) untuk mengakses internet. Kebijakan tersebut sejalan dengan arahan International Telecommunication Union (ITU) yang menyatakan bahwa Pemerintah wajib untuk menyediakan “Layanan akses universal telekomunikasi bagi segenap warganya”.

“Meskipun nantinya jika pemerintah telah berhasil mewujudkan program Masyarakat Informasi Indonesia 2015, program tersebut tidaklah akan berjalan secara baik jika pemanfaatan infrastruktur yang telah dibangun pemerintah tidak digunakan secara baik dan benar. Perlu adanya pengawasan dan pembinaan kepada masyarakat secara berkesinambungan sehingga infrastruktur tersebut akan tepat sasaran. Oleh sebab itu peran serta penggiat ICT yang ada di seluruh indonesia diharapkan dapat ikut serta mengawal pelaksanaan program tersebut melalui suatu komunitas yang terstruktur dan terlatih, mampu mengabdi kepada masyarakat serta mau mengembangkan ICT baik di daerah masing-masing maupun di Indonesia” ujar Bambang Soeprijanto, SH, Msc.

Melalui dasar tersebut Forum Komunikasi Komunitas Relawan Telematika Indonesia dibentuk sebagai pemercepat pengembangan ICT di seluruh wilayah Indonesia. Meskipun Komunitas Relawan Telematika belum memiliki landasan hukum yang jelas, pengambdian yang dilakukan akan sangat membantu pemerintah dalam memasyarakatkan IT di daerah-daerah. Pada forum yang diselenggarakan di Pangkal Pinang tersebut juga diserap aspirasi dari daerah terkait perkembangan ICT di wilayah masing-masing. Sebagian besar daerah memaparkan bahwa kebutuhan akan sumber daya IT telah memenuhi hampir di setiap daerah, namun belum banyak penggiat yang benar-benar siap dalam proses pelatihan dan pendidikan kepada masyarakat sehingga pemerintah daerah mengalami kesulitan dalam pengembangan ICT di masyarakat.

Peran serta kalangan akademisi dalam pengembangan ICT juga memiliki peran yang sangat penting bagi percepatan pembangunan ICT di Indonesia. Perwakilan mahasiswa ( UNNES, UNY, UM,dll ) yang mengikuti kegiatan forum komunikasi komunitas relawan telematika merekomendasikan kepada Direktorat Jendral Aplikasi Telematika untuk mengikutsertakan mahasiswa dalam pelaksanaan pelatihan dan pendidikan ICT kepada masyarakat melalui program Kuliah Kerja Nyata (KKN) dan PPL. Dengan adanya kerjasama antar 3 (tiga) element : Kekominfo, Dikti dan Perguruan Tinggi, percepatan pembangunan ICT pada masyarakat dapat berlangsung dengan cepat dan merata bila dibandingkan jika hanya mengandalkan tim Relawan semata. Di sisi lain semua unsur yang terlibat sama-sama akan mendapatkan keuntungan misalnya terealisasinya program Kekominfo sesuai jadwal, Masyarakat dapat menikmati dan mendapat keuntungan dari program seperti peningkatan kesejahteraan, dapat lebih cepat mengakses informasi terbaru di dunia. Dan bagi mahasiswa dapat meringankan beban biaya KKN yang besar. Mulai tahun 2010 penyelenggaraan KKN sudah tidak lagi mendapat subsidi dari pemerintah sehingga tentunya perlu adanya alternatif lain agar biaya KKN masih dapat dijangkau oleh mahasiswa. Hal inilah yang menjadi pertimbangan rekomendasi tersebut. Menanggapi rekomendasi – rekomendasi dari peserta forum komunikasi komunitas relawan telematika indonesia tersebut, setiap rekomendasi yang diberikan masih akan dikaji lebih dalam lagi sebagai bahan pertimbangan Kekominfo.

Dari pertemuan selama dua hari 30 s.d 31 Mei 2010 terdapat beberapa keputusan sementara terkait pembentukan kepengurusan Komunitas Relawan Telematika Indonesia diantaranya :

1.Pendaftaran anggota relawan telah dibuka secara online dengan persyaratan menguasai ICT. Pendaftaran dapat melalui alamat : www.pemberdayaan-telematika.info/relawan/
2.Relawan telematika dibentuk sebagai lembaga non-pemerintah yang siap – sedia melayani masyarakat akan kebutuhan ICT baik pada kondisi tanggap bencana maupun tidak dengan mengedepankan asas profesionalisme
3.Pembentukan komunitas diatur hingga tataran kabupaten/kota
4.Bidang garapan relawan tidak hanya pada penanganan ICT pasca bencana namun dapat meliputi : hardware, prototipe, software maupun content media.
Atika Hilda Utami - Kalipelus.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar